Operasi amandel atau tonsilektomi merupakan operasi yg sering dilakukan oleh dokter THT di seluruh dunia demikian pula di Indonesia. Operasi ini sudah dikenal sejak 1000 tahun sebelum masehi di India, dan makin meningkat memasuki abad 18. Saat ini operasi amandel menjadi solusi terakhir jika dengan cara pencegahan dan pengobatan tidak mendapatkan hasil yang optimal.
Meskipun masih terdapat pro dan kontra mengenai kapan indikasi operasi amandel dilakukan, indikasi dilakukan operasi amandel dapat dibagi menjadi dua yaitu indikasi pasti dan indikasi relative. Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher Indonesia (PERHATI-KL) dan The American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery (AAO-HNS) antara lain :
- Pembesaran amandel yang mengakibatkan penutupan jalan nafas, nyeri tenggorok hebat, gangguan tidur atau komplikasi jantung-paru.
- Abses (nanah) di dalam amandel yang tak membaik dengan pengobatan,
- Tonsillitis/radang amandel yg mengakibatkan kejang demam
- Radang amandel berulang ( lebih dari 3 kali dalam satu tahun) walapun telah dilakukan pengobatan optimal.
- Bau mulut dan nafas yang diakibatkan oleh radang amandel berulang dan tidak beresopon baik dengan pengobatan.
- Tonsillitis yang disebabkan kuman streptococcus yang tidak berespon baik dengan pengobatan
- Pembesaran amandel 1 sisi yang dicurigai suatu keganasan.
Tonsil atau amandel adalah benda bulat mirip bakso yang posisinya berada di belakang kiri dan kanan tenggorokan. Ukuran amandel juga beragam, mulai dari sebesar kelereng hingga seukuran bola pimpong seperti yang di jelaskan oleh dr Kristiawan SpTHT-KL dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Cikarang.
Amandel merupakan salah satu bagian tubuh (kelenjar getah bening) yang berfungsi sebagai penghadang agar kuman tidak mudah masuk ke saluran pernapasan manusia, selain kelenjar getah bening yang ada diseluruh bagian tubuh.
Amandel pada orang sehat akan berwarna sesuai dengan warna jaringan disekitarnya dan berpermukaan rata. Sedangkan pada orang yang mengalami tonsilitis (infeksi atau radang amandel) warnanya bisa menjadi kemerahan atau terdapat bercak putih pada amandel dan ukuran tonsil kemudian membesar.
Sesuai dengan berbagai tingkatan kondisi penyakit amandel, penanganan tonsilitis (radang amandel) sangatlah beragam, mulai dari terapi obat hingga operasi pengangkatan tonsil atau amandel sebagai solusi akhir.
“Karena amandel sebenarnya mempunyai manfaat untuk tubuh, maka operasi dilakukan bila efek buruknya lebih besar dibandingkan manfaatnya,” lanjut Dr. Kristiawan dengan ramah. Dr Kristiawan menjelaskan ada dua macam operasi amandel, yaitu cara tradisional dan cara modern.
Cara tradisional
1. Teknik Guillotine
Yaitu dengan menjepit tonsil dengan alat guillotine kemudian dipotong. Teknik ini dalam pengerjaannya sangat cepat namun demikian dalam pengelolaan perdarahan saat operasi cukup lama dan resiko perdarahan pasca operasi juga cukup besar selain itu nyeri pasca oparasi juga cukup mengganggu pasien dalam hal kenyamanan pasca operasi.
2. Teknik Diseksi
Yaitu dengan menggunakan pisau potong untuk memisahkan tonsil dari jaringan pengikatnya. Operasi dengan teknik ini bisa cepat tapi komplikasinya sangat besar antara lain resiko perdarahan pasca operasi, sehingga teknik ini sudah jarang dilakukan.
Cara modern
1. Teknik Elektrokauter
Teknik ini lebih cepat tapi panas yang dihasilkan sangat tinggi mencapai 400-600 derajat C, sehingga dapat terjadi kerusakan jaringan yang hebat pasca operasi.
2. Teknik Microderider
Teknik dengan menggunakan alat yang diputar dan bila terjadi perdarahan langsung disedot. Tetapi kelemahannya harga alat masih mahal.
3. Teknik Radiofrekuensi
Teknik operasi dengan menggunakan energi temperatur rendah (40-70 derajat C), berbeda dengan teknik elektrokauter yang menggunakan energi dengan temperatur mencapai 400 derajat C. Teknik radiofrekuensi menggunakan gelombang radio pada frekuensi 1,5-4,5 MHz.
4. Teknik Thermal welding
Teknik operasi ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari teknik radiofrekuensi dimana penggunaan energi temperature rendah hanya disebarkan diujung alat pemotong yang dilidungi suatu bahan peredam panas, sehingga luas jaringan yang terpapar panas sangat minimal. Dengan paparan panas yang minimal ini resiko nyeri pasca operasi lebih minimal, proses pemulihan lebih cepat.
Hingga saat ini kebanyakan dokter THT khususnya di Indonesia masih menggunakan cara konvensional untuk prosedur operasi amandel, yaitu dengan teknik Guillotine dan teknik diseksi. Namun sejak satu dekade terakhir, diperkenalkan cara baru dengan menggunakan teknologi mutakhir dalam operasi pengangkatan tonsil, yaitu dengan menggunakan teknik radiofrekuensi dan teknik thermal welding.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di beberapa negara, disimpulkan bahwa penggunaan radiofrekuensi dan thermal welding dalam tonsilektomi (pengangkatan tonsil/amandel) memiliki beberapa keuntungan, diantaranya:
- Waktu operasi menjadi lebih singkat
- Jumlah perdarahan saat operasi lebih minimal
- Nyeri pasca operasi lebih ringan
- Kemungkinan perdarahan pasca operasi lebih kecil
- Penyembuhan luka operasi lebih singkat
- Biaya relatif lebih murah dibanding beberapa teknik modern lainnya
- Lebih aman
” Berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya, penderita amandel yang telah dilakukan pengangkatan amandel menggunakan teknik thermal welding dan radiofrekuensi derajat nyeri pasca operasi satu hari setelah operasi sangat minimal sehingga memberikan tingkat kenyamanan yang jauh di atas prosedur bedah konvensional, bahkan dengan proses pemulihan yang lebih cepat,” jelas dr Kristiawan SpTHT-KL.
Sejak tahun 2010 hingga saat ini, Rumah Sakit Mitra Keluarga Cikarang telah mengaplikasikan teknik operasi menggunakan thermal welding kepada pasien-pasien yang akan melakukan operasi amandel dan kecenderungan pemakaian teknik ini semakin meningkat sejalan dengan kenyamanan dan kepuasan pasien setelah menjalani prosedur pengangkatan amandel dengan teknik ini. Sejak awal 2012 ini RS Mitra Keluarga Cikarang kembali melengkapi kecanggihan alat kedokteran dibidang pembedahan THT dengan medatangkan alat radiofrekensi.
“Selain itu, radiofrekuensi tidak hanya digunakan untuk operasi amandel, tetapi juga dapat digunakan untuk mengatasi masalah lain seputar THT seperti mengecilkan konka untuk kasus hidung yang sering tersumbat, melebarkan tenggorok pada pasien Obstructive Sleep Apnea (OSA), mendengkur, mengecilkan dasar lidah (pada pasien OSA) dan mimisan berulang yang tidak sembuh-sembuh melalui pengobatan, pengangkatan tumor di bidang telinga hidung dan tenggorok” jelas Dr Kristiawan SpTHT-KL yang berpraktek sebagai dokter tetap di RS Mitra Keluarga Cikarang.
(di salin dari Majalah Info Bekasi)
dokter saya mau tanya, saya dapet tugas biologi dari guru saya. dokter apa saja sih jaringan yang menyusun amandel itu?